Keterbatasan Ekonomi, Anak Yatim Piatu Tak Maksimal Belajar Daring

Situasi dalam Rumah Saat Belajar

GROBOGAN - Ada dua anak yatim piatu yang tinggal bersama kakek neneknya di gubuk reot yang menyatu dengan kandang ayam. Mereka tinggal dengan kondisi tempat tinggal ukuran 4x6 M sangat minim, dengan dinding anyaman bambu dan atap genteng serta lantai tanah. Bila terjadi hujan atap gubuk bocor dan tidak bisa ditempati.

Anak yatim piatu itu, bernama Muhammad Rezki Maulana siswa kelas 6 dan adiknya Riyanto Mustofa siswa kelas 2, siswa Madrasah Ibtidaiyah atau MI Jalinan Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan.

Semenjak kecil kedua siswa Madrasah Ibtidaiyah ini  hidup tanpa kasih sayang kedua orang tua, karena kedua orang tuanya yakni Ipra Sugiyono dan Siti  Ribuyati telah meninggal dunia sejak kedua anak ini masih kecil. Sementara ayahnya sekitar 4 tahun lalu meninggal lantaran kecelakaan kerja, dan ibunya sekitar 3 tahun lalu meninggal dunia karena sakit.

Keterbatasan ekonomi sang nenek, yang hanya buruh  tani membuat kondisi  Maulana  dan  Riyanto, kedua anak yatim piatu, membuat mereka hidup dengan penuh kekurangan,  sejak kecil, kedua anak yatim piatu tersebut dirawat neneknya di gubug reot, dengan kondisi yang memprihatinkan, untuk penerangan listrik. Sang nenek harus menumpang jaringan  listrik milik tetangga,  sementara untuk belajar, keduanya menggunakan dipan reot yang sekaligus tempat istirahat, sementara untuk kebutuhan sehari hari, kakek neneknya menjadi buruh tani.

Tampak Depan Rumah Sumirah


Pembelajaran daring yang diberlakukan oleh pemerintah membuat kedua anak yatim piatu ini tidak bisa belajar secara maksimal, lantaran keduanya tidak memiliki smartphone. Jangankan  memiliki smartphone, untuk kebutuhan perlengkapan sekolah kedua anak yatim piatu inipun tidak mempunyai perlengkapan sekolah lengkap. Mereka hanya memiliki rak dari plastik yang sudah rusak untuk tempat buku dan baju agar tidak terkena air hujan. 

Sumirah, kakek dari kedua anak yatim piatu itu mengatakan, untuk belajar daring, kedua siswa Madrasah Ibtidaiyah ini harus menumpang di smartphone milik temannya, atau tetangga, kegiatan belajar daring menumpang di handphone milik temannya dilakukan sejak pembelajaran daring diberlakukan pada masa pandemi covid 19.

Sedang diungkapkan, seringkali Maulana harus menjadi orang tua yang mendampingi adiknya belajar materi pelajaran kelas dua, karena, kedua kakek neneknya sudah renta dan tidak bisa memahami materi pelajaran secara daring, dengan sabar ia mendampingi adiknya belajar mengerjakan tugas belajar.

“Dari kecil ayah ibunya meninggal pekerjaan saya buruh tani,  saya cukupi apa adanya, untuk listrik saya numpang tetangga sebelah, kadang Maulana mengajari adiknya belajar, saya kalau disuruh mengajari belajar tidak bisa.” katanya.

Komsatun salah satu tetangga siswa yatim piatu itu merasa prihatin pihaknya mengatakan,  sering memberi pinjaman smartphone kepada kedua anak tersebut

Ia berharap pembelajaran tatap muka segera bisa dilaksanakan, sehingga kedua anak yatim piatu itu tidak dipusingkan dengan tugas belajar daring. 

Pihaknya juga berharap pandemi covid-19, segera hilang,  “sering pinjam handphone saya, saya tetangga, harapannya sekolah tatap muka segera diberlakukan," ungkapnya

Perlu diketahui bahwa,  Anak Yatim dan Fakir Miskin merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan haknya, salah satunya adalah memperoleh pelayanan perumahan yang layak dan sehat. Apabila hak tersebut tidak terpenuhi, artinya amanat dari UUD 1945 dan UU Fakir Miskin belum dijalankan dengan semestinya. (AD) 

No comments

Powered by Blogger.